Kamu (2)
Kuingat akan kabar dari keluargaku. Saya harus pulang meneruskan usaha orang tuaku di Kalimantan. Saya tidak siap, tapi keadaan memaksaku. Sebagai anak tertua saya bertanggung jawab untuk meneruskan usaha orang tuaku. Seandainya pamanku masih hidup, saya tidak akan bersedia pulang. Tapi, siapa yang bisa menggariskan hidup manusia selain dari Yang Maha Kuasa? Saya hanya bisa menuruti kemauan orang tuaku. Saat terakhir makan malam perpisahan dengan teman-teman. Saya benar-benar terpancing emosi. Entah kenapa ... kata-katamu yang sederhana saja bisa membuatku marah. Kamu benar-benar tidak berperasaan. Saat-saat seperti ini masih bisa menggodaku. Pikiranku dipenuhi dengan bagaimana saya akan memulai hariku di Kalimantan. Belum memikirkan mendelegasikan tugas-tugas kantor. Belum lagi menjelaskan beberapa bagian tugas yang kamu harus mengerti dan kuasai, sungguh saya tidak tega meninggalkanmu. Mengertilah, saya tidak bisa lagi membantumu. Saya tidak bisa lagi mendampingimu. Sehari sebelum sa...