Kamu (2)

Kuingat akan kabar dari keluargaku. Saya harus pulang meneruskan usaha orang tuaku di Kalimantan. Saya tidak siap, tapi keadaan memaksaku. Sebagai anak tertua saya bertanggung jawab untuk meneruskan usaha orang tuaku. Seandainya pamanku masih hidup, saya tidak akan bersedia pulang. Tapi, siapa yang bisa menggariskan hidup manusia selain dari Yang Maha Kuasa? Saya hanya bisa menuruti kemauan orang tuaku.

Saat terakhir makan malam perpisahan dengan teman-teman. Saya benar-benar terpancing emosi. Entah kenapa ... kata-katamu yang sederhana saja bisa membuatku marah. Kamu benar-benar tidak berperasaan. Saat-saat seperti ini masih bisa menggodaku. Pikiranku dipenuhi dengan bagaimana saya akan memulai hariku di Kalimantan. Belum memikirkan mendelegasikan tugas-tugas kantor. Belum lagi menjelaskan beberapa bagian tugas yang kamu harus mengerti dan kuasai, sungguh saya tidak tega meninggalkanmu. Mengertilah, saya tidak bisa lagi membantumu. Saya tidak bisa lagi mendampingimu.

Sehari sebelum saya berangkat, kamu meneleponku. Saya senang sih dengan perhatianmu. Apalagi ternyata juga kamu banyak membantu proses kepindahanku ini. Saya sama sekali tidak menyangka bahwa kamu akan ‘menembakku’. Seandainya kamu melakukan beberapa saat sebelumnya. Tapi saat itu banyak yang kupikirkan. Dan saya tidak bisa mengiyakanmu.

Bukan apa-apa. Saya suka sama kamu, itu benar. Saya senang dengan perhatianmu, tersanjung malah. Dari sekian banyak wanita kamu memilihku. Tapi saya tidak tahu, apakah benar-benar mencintaimu, atau hanya sekedar suka saja? Dan juga saya tidak bisa hubungan jarak jauh. Saya tidak bisa menjamin bahwa masing-masing kita akan bahagia bila kita berjauhan. Kita masih terlalu dini utk berkomitmen. Saya tidak mau masing-masing kehilangan kesempatan yang berharga. Dan saya menawarkan kita berteman dulu. Apakah kamu kecewa ? Tapi kamu berkata, “Aku akan menantimu dalam 2 tahun”.

Namun saat ini, ketika aku membutuhkanmu di manakah dirimu? Kucari-cari dirimu, tidak juga kutemukan jawabnya. Saat ini di antara kita terbentang lautan yang luas dan dalam, yang katamu akan kauseberangi demi diriku? Kamu hanya memandangku dengan dingin. Kamu memandangku dengan sinis. Kamu pasti tertawa puas .. yah puas karena telah menghancurkan seorang “aku” yang sedang mengejar impian.

Ha ha ha ... aku ketawa sendiri, benarkah itu? Kamu, kamu yang membuat tidurku tidak nyenyak. Kamu yang membuatku gelisah karena tidak mendapat kabarmu, kamu yang membuatku rindu kepada seorang laki-laki yang jauh di seberang sana. Kamu yang membuat hari-hari ceriaku menjadi kelabu. Apakah kamu tahu? Dimanakah kamu yang telah memporak porandakan hatiku ?

Aku menulis dengan tiada bersemangat lagi. Aku telah lelah menanti, kapankah hari-hari ceriaku akan kuraih lagi?

Comments

Popular posts from this blog

Don't Be Downcast

世上只有妈妈好 SHI SHANG ZHI YOU MAMA HAO LYRICS

Apply Schengen visa (Paris) dari UK